Sabtu, 28 Juni 2014

pendekatan kooperatif


1.        Pendekatan Kooperatif
a.    Pengertian Pendekatan Kooperatif
Pendekatan kooperatif merupakan pembelajaran yang dikembangkan dari teori belajar kontruktivisme yang dikembangkan oleh Piaget dan Vigotsky yang memandang bahwa pengetahuan dibangun dalam pikiran anak. Pendekatan kooperatif adalah pembelajaran aktif yang menekankan aktivitas siswa bersama-sama secara berkelompok dan tidak individual (Hakiim, 2009:54). Jadi siswa secara berkelompok mengembangkan kecakapan hidupnya, seperti menemukan dan memecahkan masalah, pengambilan keputusan, berfikir logis, berkomunikasi efektif, dan bekerja sama.
Konsep diatas juga dijelaskan oleh Rusman (2011:202) bahwa pendekatan kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Artinya, kelompok dibentuk berdasarkan perbedaan-perbedaan siswanya, baik dari perbedaan sosial, ekonomi ataupun tingkat intelegensinya. Pada dasarnya pendekatan kooperatif sama dengan belajar kelompok. Walaupun sebenarnya tidak semua belajar kelompok itu disebut pendekatan kooperatif.
Menurut Abdulhak dalam buku Rusman (2011: 203) mengatakan bahwa “pembelajaran kooperatif dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama di antara peserta belajar itu sendiri”.Jadi, dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak harus belajar dari guru tetapi dapat saling belajar antar sesama siswa.Karena pembelajaran oleh rekan sebaya lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru (Rusman, 2011: 204).
Dalam pembelajaran kooperatif ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu tanggung jawab kepada dirinya sendiri dan tanggung jawab kepada sesama teman kelompoknya.Pendekatan pembelajaran kooperatif merupakan Pendekatan pembelajaran yang banyak dilakukan, seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin dalam buku Rusman (2011:205) menyatakan bahwa: (1) penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman.
b.    Unsur-unsur Pendekatan Kooperatif
Adapun unsur-unsur dari pendekatan kooperatif (Kunandar, 2007:338), yaitu:
1)        Saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif, siswa merasa saling membutuhkan antarsesamanya. Rasa saling membutuhkan ini yang kemudian menimbulkan rasa ketergantungan antara satu sama lain dalam mencapai tujuan, menyelesaikan tugas, dan mengambil peran dalam menyelesaikan tugas.
2)        Interaksi tatap muka
Dalam pembelajaran kooperatif, interaksi tatap muka pasti terjadi dalam suatu kelompok. Interaksi tatap muka tersebut dapat menciptakan sebuah dialog antar siswa yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar, sehingga dapat memudahkan siswa dalam mempelajari suatu konsep.
3)        Akuntabilitas individual
Meskipun pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan belajar kelompok, tetapi penilaian yang diberikan oleh guru tetap individual.Dengan maksud untuk mengetahui tingkat penguasaan materi yang dimiliki siswa.Nilai dari setiap individual tersebut kemudian dijadikan rata-rata untuk penilaian kelompok.Maka dari itu, guru menginformsikan kepada siswa untuk turut berkontribusi dalam kelompok.
4)        Keterampilan menjalin hubungan antarpribadi
Pembelajaran kooperatif akan menumbuhkan keterampilan menjalin hubungan antarpribadi. Hal ini terjadi karena dalam pembelajaran kooperatif ditekankan aspek-aspek tenggang rasa, sopan santun terhadap teman, mengkritik ide, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, dan mandiri.
c.    Prosedur Pendekatan Kooperatif
Prosedur pendekatan kooperatif terdiri dari empat tahap (Wina Sanjaya, 2010:249), yaitu:
1)   Penjelasan Materi
     Pada tahap ini guru menjeaskan gambaran umum dari materi pelajaran kepada siswa sebelum siswa belajar kelompok. Dalam menjelaskannya guru dapat menggunakan nmetode dan media pembelajaran untuk menarik perhatian dan minat siswa.
2)   Belajar dalam Kelompok
     Setelah guru menjelaskan gambaran umum dari materi pelajaran, barulah siswa diminta untuk duduk bersama kelompoknya masing-masing seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa pengelompokkan dalam pendekatan kooperatif bersifat heterogen. Jadi, dalam satu kelompok itu terdiri dari beberapa individu yang memiliki kemampuan akademik yang berbeda-beda.
3)   Penilaian
     Penilaian dalam pendekata kooperatif biasanya dilakukan dengan tes atau kuis. Penilaian tes atau kuis dilakukan untuk menilai individu dan kelompok.
4)   Pengakuan Tim
     Pengakuan tim adalah pengakuan terhadap tim yang paling menonjol atau berprestasi yang kemudian diberikan penghargaan oleh guru. Ini dilakukan untuk memotivasi kelompok lain untuk lebih meningkatkan prestasi belajar dalam kelompok.
d.   Langkah-Langkah Pendekatan Kooperatif
Langkah-langkah dalam menerapkan pendekatan kooperatif adalah sebagai berikut:
TAHAP
TINGKAH LAKU
Tahap 1
Menyampaikan Tujuan dan Memotivasi Siswa
Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi siswa belajar
Tahap 2
Menyajikan Informasi
Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan
Tahap 3
Mengorganisasikan Siswa ke dalam Kelompok-kelompok Belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaiman caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien
Tahap 4
Membimbing Kelompok Bekerja dan Belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
Tahap 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Tahap 6
Memberikan Penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

e.    Tipe-Tipe Pendekatan Kooperatif
Ada enam tipe yang biasa digunakan oleh guru dalam pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah sebagai berikut:
1)      Tipe STAD ( Student Teams Achievement Divisions)
Tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawannya dari Universitas john Hopkins (Kunandar, 2007: 342). Metode ini di pandang sebagai yang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan kooperatif, karena pendekatan kooperatif tipe STAD terdiri dari penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor pengembangan, dan penghargaan kelompok (Agus, 2013: 289-293). Selain itu, STAD juga terdiri dari siklus kegiatan pengajaran yang teratur. Berikut ini adalah uraian selengkapnya dari pembelajaran kooperatif tipe STAD (Agus, 2013: 289-293):
a)        Pengajaran
Tujuan utama dari pengajaran ini adalah guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Setiap awal dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan penyajian kelas. Penyajian tersebut mencakup pembukaan, pengembangan, dan latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran dengan penekanan dalam penyajian materi pelajaran.
Pembukaan meliputi : (1) Menyampaikan pada siswa apa yang hendak mereka pelajari dan mengapa hal itu penting. Timbulkan rasa ingin tahu siswa dengan demonstrasi yang menimbulkan teka-teki, masalah kehidupan nyata, atau cara lain. (2) Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menemukan konsep atau merangsang keinginan mereka pada pelajaran tersebut. (3) Ulangi secara singkat keterampilan atau informasi yang merupakan syarat mutlak.
Sedangkan sisi pengembangan meliputi: (1) Kembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok. (2) Pembelajaran kooperatif menekankan, bahwa belajar adalah memahami makna bukan hafalan. (3) Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan. (4) Memberi penjelasan mengapa jawaban tersebut benar atau salah. (5) Beralih pada konsep yang lain jika siswa telah memahami pokok masalahnya.
Latihan terbimbing juga meliputi : (1) Menyuruh semua siswa mengerjakan soal atas pertanyaan yang diberikan. (2) Memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan soal. Hali ini bertujuan supaya semua siswa selalu mempersiapkan diri sebaik mungkin. (3) Pemberian tugas kelas tidak boleh menyita waktu yang terlalu lama. Sebaiknya siswa mengerjakan satu atau dua masalah (soal) dan langsung diberikan umpan balik.
b)        Belajar kelompok
Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok.
Pada saat pertama kali guru menggunakan pembelajaran kooperatif, guru juga perlu memberikan bantuan dengan cara menjelaskan perintah, mereview konsep atau menjawab pertanyaan. Selanjutnya, langkah-langkah yang dilakukan guru adalah sebagai berikut :
(1)     Mintalah anggota kelompok memindahkan meja/bangku mereka bersama-sama dan pindah ke meja kelompok.
(2)   Berilah waktu lebih kurang 10 menit untuk memilih nama kelompok.
(3)   Bagikan lembar kegiatan siswa.
(4)   Serahkan pada siswa untuk bekerja sama dalam pasangan, bertiga, atau satu kelompok utuh, tergantung pada tujuan yang sedang dipelajari. Jika mereka mengerjakan soal, masing-masing siswa harus mengerjakan soal sendiri dan kemudian dicocokkan dengan temannya. Jika salah satu tidak dapat menjawab suatu pertanyaan, teman satu kelompok bertanggung jawab menjelaskannya. Jika siswa mengerjakan dengan jawaban pendek, maka mereka lebih sering bertanya dan kemudian antara teman saling bergantian memegang lembar kegiatan dan berusaha menjawab pertanyaan itu.
(5)   Tekankan pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai mereka yakin teman-teman satu kelompok dapat mencapai nilai sampai 100 pada kuis. Pastikan siswa mengerti bahwa lembar kegiatan tersebut untuk belajar, bukan hanya untuk diisi dan diserahkan. Jadi, penting bagi siswa mempunyai lembar kegiatan untuk mengecek diri mereka dan teman-teman sekelompok pada saat mereka belajar. Ingatkan siswa jika mereka mempunyai pertanyaan, mereka harus menanyakan kepada teman sekelompoknya terlebih dulu sebelum bertanya pada guru.
(6)   Sementara siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling dalam kelas. Guru sebaiknya memuji kelompok yang semua anggota bekerja dengan baik, yang anggotanya duduk dalam kelompoknya untuk mendengarkan bagaimana anggota yang lain bekerja dan sebagainya.
c)        Kuis
Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan apa saja yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok.
Penghargaan kelompok
        Langkah pertama yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah menghitung nilai kelompok dan nilai perkembangan individu dan memberi sertifikat atau penghargaan kelompok yang lain. Pemberian penghargaan kelompok berdasarkan pada rata-rata nilai perkembangan individu dalam kelompoknya.
2)      Tipe Jigsaw
Pendekatan kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan materi  belajar dan mampu mengerjakan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Pendekatan kooperatif tipe jigsaw ini mendorong siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran dan saling membantu dalam menguasai materi yang dipelajari. Langkah-langkah tipe jigsaw adalah sebagai berikut (Kunandar, 2007: 343)
a)      Kelompok kooperatif ( awal )
b)     Siswa dibagi kedalam kelompok kecil 3-6 siswa.
c)      Bagikan tugas atau wacana akademik sesuai materi yang diajarkan
d)     Masing- masing siswa dalam kelompok mendapatkan wacana atau tugas yang berbeda-beda dan memahami informasi yang ada didalamnya.
e)      Kelompok ahli
f)      Kumpulkan masing- masing siswa yang memiliki wacana yang sama dalam satu kelopok sehingga jumlah kelompok ahli sesuai dengan wacana yang telah disiapkan oleh guru.
g)     Dalam kelompok ahli ini ditugaskan agar siswa belajar bersama agar menjadi ahli sesuai dengan wacana yang menjadi tanggung jawabnya.
h)     Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan dapat menyampaikan informasi tentang hasil dari wacana yang telah dipahami kepada kelompok kooperatif ( kelompok awal).
i)       Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli masing-masing siswa kembali ke kelompok  kooperatif (awal).
j)       Beri kesempatan secara bergiliran masing-masing siswa untuk menyampaikan hasil dari tugas dikelompok ahli.
k)     Apabila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya, secara keseluruhan masing-masing kelompok melaporkan hasilnya dan guru memberi klasifikasi.
3)      Tipe GI (Group Investigation)
Tipe ini memerlukan kemampuan yang baik dalam berkomunikasi dalam  kelompok. tipe digunakan dengan membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Selain itu dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat dalam suatu topik tertentu. Para siswa memilih apa yang ingin dipelajari, mengikuti investigasai mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan didepan kelas secara keseluruhan (Kunandar, 2007: 344). Langkah- langkah Tipe GI adalah sebagai berikut (Kunandar, 2007: 344):
a)      Seleksi topik. Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya yang digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya di organisasikan menjadi kelompok- kelompok yang berorientasi pada tugas ( task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, atnik maupun kemampuan akademik.
b)      Merencanakan kerjasama. Para siswa serta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum ( goals) yang bekonsisten terhadap berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih pada langkah diatas.
c)      Implementasi. Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah kedua diatas. Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan berbagai variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber, baik yang terdapat didalam maupun di luar sekolah. guru secara terus- menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
d)     Analisis dan sintesis. Para siswa menganalisis dan mensintesiskan berbagai informasi yang diperoleh pada langkah ketiga dan merencanakan agar dapat diringkas dalam suatu penyajian yang menarik didepan kelas.
e)      Penyajian hasil akhir. Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai yang topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut.
f)       Evaluasi. Guru beserta para siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individual atau kelompok.
4)      Tipe Think-Pair-Share
Tipe ini dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawannya dari Universitas Maryland yang mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok kelas secara keseluruhan (Kunandar, 2007: 345). Tipe ini memberikan kepada para siswa waktu untuk berpikir dan merespons serta saling bantu satu sama lain yang kemudian siswa maju untuk membacakan hasilnya ke teman-teman. Langkah- langkah Tipe ini adalahsebagai berikut (Kunandar, 2007: 344) :
a)      Berpikir ( thinking)yaitu guru mengajukan pertanyaan atau  isu yang berkaitan dengan pelajaran dan siswa diberi waktu satu satu menit untuk berpikir sendiri mengenai jawaban atau isu tersebut.
b)      Berpasangan ( pairing) yakni guru meminta kepada siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika suatu pertanyaan telah diajukan atau penyampaian ide bersama jika suatu isu khusus sudah di identifikasi. Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
c)      Berbagi (sharing), yakni guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan. Langkah ini akan lebih efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan yang satu ke pasangan yang lain sehingga separuh dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor.
5)        Tipe Numbered Head Together (NHT)
Tipe ini dikembangkanoleh Snaper Kagan (1993) dengan melibatkan para siswa dalam mereview bahan yang mencakup dalam suatu pelajaran dan memeriksa pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut (Kunandar, 2007: 346). Pendekatan kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) ini merupakan suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor siswa. Sebagai pengganti pertanyaan langsung kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat langkah sebagai berikut (Kunandar, 2007: 346):
a)      Penomoran (Numbering), yaitu guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan tiga hingga lima orang dan memberi mereka nomor sehingga mereka tiap siswa dalam kelompok tersebut memiliki nomor berbeda.
b)      Pengajuan pertanyaan (questioning), yaitu guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. pertanyaan dapat bervariasi dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum. Contohpertanyaan yang bersifat spesifik adalah: “Dimana letak kerajaan Majapahit?,” sedangkan contoh pertanyaan yang bersifat umum adalah: “Mengapa perjuangan bangsa Indonesia sebelum tahun 1908 mengalami kegagalan?”.
c)      Berpikir bersama (Head Together), yaitu para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut.
d)     Pemberian jawaban (Answering), yaitu guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.
6)      Tipe Decision Making
Langkah-langkah Tipe decision making adalah sebagai berikut (Kunandar, 2007: 347) :
a)      Informasikan tujuan dan perumusan masalah.
b)      Secara klasikal tayangkan gambar, wacana, atau kasus permasalahan yang sesuai dengan materi pelajaran atau kompetensi yang diharapkan.
c)      Buatlah pertanyaan agar siswa dapat merumuskan permasalahan sesuai dengan gambar, wacana, atau kasus yang disajikan.
d)     Secara kelompok siswa diminta mengidentifikasi permasalahan dan membuat alternative pemecahan.
e)      Secara kelompok atau individu siswa diminta mengidentifikasi permasalahan yang terdapat dilingkungan sekitar siswa yang sesuai dengan materi yang dibahas dan cara pemecahannya.
f)       Secara kelompok atau individu siswa diminta mengemukakan alasan mereka mengapa memilih alternative tersebut.
g)      Secara kelompok atau individu siswa diminta mencari penyebab  terjadinya masalah tersebut.
h)      Secara kelompok atau individu siswa diminta mengemukakan tindakan untuk mencegah terjadinya  masalah tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar