1.
Pendekatan
Kooperatif
a.
Pengertian Pendekatan Kooperatif
Pendekatan kooperatif
merupakan pembelajaran yang dikembangkan dari teori belajar kontruktivisme yang
dikembangkan oleh Piaget
dan Vigotsky
yang memandang bahwa pengetahuan dibangun dalam pikiran anak. Pendekatan kooperatif
adalah pembelajaran aktif yang menekankan aktivitas siswa bersama-sama secara
berkelompok dan tidak individual (Hakiim, 2009:54). Jadi siswa secara berkelompok
mengembangkan kecakapan hidupnya, seperti menemukan dan memecahkan masalah,
pengambilan keputusan, berfikir logis, berkomunikasi efektif, dan bekerja sama.
Konsep diatas juga dijelaskan oleh Rusman (2011:202) bahwa pendekatan kooperatif merupakan
bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat
sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Artinya,
kelompok dibentuk berdasarkan perbedaan-perbedaan siswanya, baik dari perbedaan
sosial, ekonomi ataupun tingkat intelegensinya. Pada
dasarnya pendekatan kooperatif sama dengan belajar kelompok. Walaupun
sebenarnya tidak semua belajar kelompok itu disebut pendekatan kooperatif.
Menurut Abdulhak dalam buku Rusman (2011: 203) mengatakan
bahwa “pembelajaran kooperatif dilaksanakan melalui sharing proses
antara peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama di antara
peserta belajar itu sendiri”.Jadi, dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak
harus belajar dari guru tetapi dapat saling belajar antar sesama siswa.Karena
pembelajaran oleh rekan sebaya lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru
(Rusman, 2011: 204).
Dalam pembelajaran kooperatif ini siswa memiliki dua
tanggung jawab, yaitu tanggung jawab kepada dirinya sendiri dan tanggung jawab
kepada sesama teman kelompoknya.Pendekatan pembelajaran kooperatif merupakan
Pendekatan pembelajaran yang banyak dilakukan, seperti hasil penelitian yang
dilakukan oleh Slavin dalam buku Rusman (2011:205) menyatakan bahwa: (1)
penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi,
dan menghargai pendapat orang lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat memenuhi
kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan
pengetahuan dengan pengalaman.
b. Unsur-unsur
Pendekatan
Kooperatif
Adapun
unsur-unsur dari pendekatan
kooperatif (Kunandar, 2007:338), yaitu:
1)
Saling
ketergantungan positif
Dalam
pembelajaran kooperatif, siswa merasa saling membutuhkan antarsesamanya. Rasa
saling membutuhkan ini yang kemudian menimbulkan rasa ketergantungan antara
satu sama lain dalam mencapai tujuan, menyelesaikan tugas, dan mengambil peran
dalam menyelesaikan tugas.
2)
Interaksi
tatap muka
Dalam
pembelajaran kooperatif, interaksi tatap muka pasti terjadi dalam suatu
kelompok. Interaksi tatap muka tersebut dapat menciptakan sebuah dialog antar
siswa yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar, sehingga dapat memudahkan
siswa dalam mempelajari suatu konsep.
3)
Akuntabilitas
individual
Meskipun
pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan belajar kelompok, tetapi penilaian
yang diberikan oleh guru tetap individual.Dengan maksud untuk mengetahui tingkat
penguasaan materi yang dimiliki siswa.Nilai dari setiap individual tersebut
kemudian dijadikan rata-rata untuk penilaian kelompok.Maka dari itu, guru
menginformsikan kepada siswa untuk turut berkontribusi dalam kelompok.
4)
Keterampilan
menjalin hubungan antarpribadi
Pembelajaran
kooperatif akan menumbuhkan keterampilan menjalin hubungan antarpribadi. Hal
ini terjadi karena dalam pembelajaran kooperatif ditekankan aspek-aspek
tenggang rasa, sopan santun terhadap teman, mengkritik ide, berani mempertahankan
pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, dan mandiri.
c. Prosedur Pendekatan Kooperatif
Prosedur pendekatan kooperatif terdiri dari empat tahap
(Wina Sanjaya, 2010:249), yaitu:
1) Penjelasan Materi
Pada tahap ini guru menjeaskan gambaran umum dari materi
pelajaran kepada siswa sebelum siswa belajar kelompok. Dalam menjelaskannya
guru dapat menggunakan nmetode dan media pembelajaran untuk menarik perhatian
dan minat siswa.
2) Belajar dalam Kelompok
Setelah guru menjelaskan gambaran umum dari materi pelajaran,
barulah siswa diminta untuk duduk bersama kelompoknya masing-masing seperti
yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa pengelompokkan dalam pendekatan
kooperatif bersifat heterogen. Jadi, dalam satu kelompok itu terdiri dari
beberapa individu yang memiliki kemampuan akademik yang berbeda-beda.
3) Penilaian
Penilaian dalam pendekata kooperatif biasanya dilakukan dengan
tes atau kuis. Penilaian tes atau kuis dilakukan untuk menilai individu dan
kelompok.
4) Pengakuan Tim
Pengakuan tim adalah pengakuan terhadap tim yang paling menonjol
atau berprestasi yang kemudian diberikan penghargaan oleh guru. Ini dilakukan
untuk memotivasi kelompok lain untuk lebih meningkatkan prestasi belajar dalam
kelompok.
d. Langkah-Langkah
Pendekatan Kooperatif
Langkah-langkah
dalam menerapkan pendekatan kooperatif
adalah sebagai berikut:
TAHAP
|
TINGKAH LAKU
|
Tahap 1
Menyampaikan Tujuan dan Memotivasi Siswa
|
Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan
dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan
dipelajari dan memotivasi siswa belajar
|
Tahap 2
Menyajikan Informasi
|
Guru menyajikan informasi atau materi kepada
siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan
|
Tahap 3
Mengorganisasikan Siswa ke dalam
Kelompok-kelompok Belajar
|
Guru menjelaskan kepada siswa bagaiman
caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efektif dan efisien
|
Tahap 4
Membimbing Kelompok Bekerja dan Belajar
|
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar
pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
|
Tahap 5
Evaluasi
|
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya
|
Tahap 6
Memberikan Penghargaan
|
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
|
e. Tipe-Tipe Pendekatan Kooperatif
Ada enam
tipe yang biasa digunakan oleh guru dalam pembelajaran kooperatif, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1) Tipe
STAD ( Student Teams Achievement Divisions)
Tipe
STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawannya dari Universitas john
Hopkins (Kunandar, 2007: 342). Metode ini di pandang sebagai yang paling
sederhana dan paling langsung dari pendekatan kooperatif, karena pendekatan kooperatif tipe STAD
terdiri dari penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor pengembangan, dan
penghargaan kelompok (Agus,
2013: 289-293). Selain itu, STAD juga terdiri dari siklus kegiatan
pengajaran yang teratur. Berikut ini adalah uraian selengkapnya dari
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Agus,
2013: 289-293):
a)
Pengajaran
Tujuan utama dari pengajaran ini adalah guru menyajikan
materi pelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Setiap awal dalam
pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan penyajian kelas.
Penyajian tersebut mencakup pembukaan, pengembangan, dan latihan terbimbing
dari keseluruhan pelajaran dengan penekanan dalam penyajian materi pelajaran.
Pembukaan meliputi : (1) Menyampaikan pada siswa apa yang
hendak mereka pelajari dan mengapa hal itu penting. Timbulkan rasa ingin tahu
siswa dengan demonstrasi yang menimbulkan teka-teki, masalah kehidupan nyata,
atau cara lain. (2) Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk
menemukan konsep atau merangsang keinginan mereka pada pelajaran tersebut. (3) Ulangi
secara singkat keterampilan atau informasi yang merupakan syarat mutlak.
Sedangkan sisi pengembangan meliputi: (1) Kembangkan
materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam
kelompok. (2) Pembelajaran kooperatif menekankan, bahwa belajar adalah memahami
makna bukan hafalan. (3) Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan. (4) Memberi penjelasan mengapa jawaban
tersebut benar atau salah. (5) Beralih pada konsep yang lain jika siswa telah
memahami pokok masalahnya.
Latihan terbimbing juga meliputi : (1) Menyuruh semua siswa
mengerjakan soal atas pertanyaan yang diberikan. (2) Memanggil siswa secara
acak untuk menjawab atau menyelesaikan soal. Hali ini bertujuan supaya semua
siswa selalu mempersiapkan diri sebaik mungkin. (3) Pemberian tugas kelas tidak
boleh menyita waktu yang terlalu lama. Sebaiknya siswa mengerjakan satu atau
dua masalah (soal) dan langsung diberikan umpan balik.
b)
Belajar kelompok
Selama belajar kelompok,
tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan membantu
teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar
kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan yang sedang diajarkan
untuk mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok.
Pada saat pertama kali
guru menggunakan pembelajaran kooperatif, guru juga perlu memberikan bantuan
dengan cara menjelaskan perintah, mereview konsep atau menjawab pertanyaan.
Selanjutnya, langkah-langkah yang dilakukan guru adalah sebagai berikut :
(1)
Mintalah anggota kelompok
memindahkan meja/bangku mereka bersama-sama dan pindah ke meja kelompok.
(2)
Berilah waktu lebih kurang
10 menit untuk memilih nama kelompok.
(3)
Bagikan lembar kegiatan
siswa.
(4)
Serahkan pada siswa untuk
bekerja sama dalam pasangan, bertiga, atau satu kelompok utuh, tergantung pada
tujuan yang sedang dipelajari. Jika mereka mengerjakan soal, masing-masing
siswa harus mengerjakan soal sendiri dan kemudian dicocokkan dengan temannya.
Jika salah satu tidak dapat menjawab suatu pertanyaan, teman satu kelompok
bertanggung jawab menjelaskannya. Jika siswa mengerjakan dengan jawaban pendek,
maka mereka lebih sering bertanya dan kemudian antara teman saling bergantian
memegang lembar kegiatan dan berusaha menjawab pertanyaan itu.
(5)
Tekankan pada siswa bahwa
mereka belum selesai belajar sampai mereka yakin teman-teman satu kelompok
dapat mencapai nilai sampai 100 pada kuis. Pastikan siswa mengerti bahwa lembar
kegiatan tersebut untuk belajar, bukan hanya untuk diisi dan diserahkan. Jadi,
penting bagi siswa mempunyai lembar kegiatan untuk mengecek diri mereka dan
teman-teman sekelompok pada saat mereka belajar. Ingatkan siswa jika mereka
mempunyai pertanyaan, mereka harus menanyakan kepada teman sekelompoknya
terlebih dulu sebelum bertanya pada guru.
(6)
Sementara siswa bekerja
dalam kelompok, guru berkeliling dalam kelas. Guru sebaiknya memuji kelompok
yang semua anggota bekerja dengan baik, yang anggotanya duduk dalam kelompoknya
untuk mendengarkan bagaimana anggota yang lain bekerja dan sebagainya.
c)
Kuis
Kuis dikerjakan siswa
secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan apa saja yang telah
diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai
nilai perkembangan individu dan disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok.
Penghargaan kelompok
Langkah pertama yang harus
dilakukan pada kegiatan ini adalah menghitung nilai kelompok dan nilai
perkembangan individu dan memberi sertifikat atau penghargaan kelompok yang
lain. Pemberian penghargaan kelompok berdasarkan pada rata-rata nilai
perkembangan individu dalam kelompoknya.
2) Tipe
Jigsaw
Pendekatan
kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri
dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas
penguasaan materi belajar dan mampu
mengerjakan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Pendekatan
kooperatif tipe jigsaw ini mendorong siswa untuk berperan aktif dalam
pembelajaran dan saling membantu dalam menguasai materi yang dipelajari. Langkah-langkah
tipe jigsaw adalah sebagai berikut (Kunandar, 2007: 343)
a) Kelompok
kooperatif ( awal )
b) Siswa
dibagi kedalam kelompok kecil 3-6 siswa.
c) Bagikan
tugas atau wacana akademik sesuai materi yang diajarkan
d) Masing-
masing siswa dalam kelompok mendapatkan wacana atau tugas yang berbeda-beda dan
memahami informasi yang ada didalamnya.
e) Kelompok
ahli
f) Kumpulkan
masing- masing siswa yang memiliki wacana yang sama dalam satu kelopok sehingga
jumlah kelompok ahli sesuai dengan wacana yang telah disiapkan oleh guru.
g) Dalam
kelompok ahli ini ditugaskan agar siswa belajar bersama agar menjadi ahli
sesuai dengan wacana yang menjadi tanggung jawabnya.
h) Tugaskan
bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan dapat menyampaikan
informasi tentang hasil dari wacana yang telah dipahami kepada kelompok
kooperatif ( kelompok awal).
i) Apabila tugas
telah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli masing-masing siswa kembali ke
kelompok kooperatif (awal).
j) Beri
kesempatan secara bergiliran masing-masing siswa untuk menyampaikan hasil dari
tugas dikelompok ahli.
k) Apabila
kelompok sudah menyelesaikan tugasnya, secara keseluruhan masing-masing
kelompok melaporkan hasilnya dan guru memberi klasifikasi.
3) Tipe GI
(Group Investigation)
Tipe ini
memerlukan kemampuan yang baik dalam berkomunikasi dalam kelompok. tipe digunakan dengan membagi kelas
menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan
karakteristik yang heterogen. Selain itu dapat juga didasarkan atas kesenangan
berteman atau kesamaan minat dalam suatu topik tertentu. Para siswa memilih apa
yang ingin dipelajari, mengikuti investigasai mendalam terhadap berbagai
subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan
didepan kelas secara keseluruhan (Kunandar, 2007: 344). Langkah- langkah Tipe GI adalah sebagai berikut
(Kunandar, 2007: 344):
a) Seleksi
topik. Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum
yang biasanya yang digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya
di organisasikan menjadi kelompok- kelompok yang berorientasi pada tugas ( task
oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang komposisi kelompok
heterogen baik dalam jenis kelamin, atnik maupun kemampuan akademik.
b) Merencanakan
kerjasama. Para siswa serta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus,
tugas dan tujuan umum ( goals) yang bekonsisten terhadap berbagai topik dan
subtopik yang telah dipilih pada langkah diatas.
c) Implementasi.
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah kedua
diatas. Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan
dengan berbagai variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan
berbagai sumber, baik yang terdapat didalam maupun di luar sekolah. guru secara
terus- menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika
diperlukan.
d) Analisis
dan sintesis. Para siswa menganalisis dan mensintesiskan berbagai informasi
yang diperoleh pada langkah ketiga dan merencanakan agar dapat diringkas dalam
suatu penyajian yang menarik didepan kelas.
e) Penyajian
hasil akhir. Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari
berbagai yang topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling
terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut.
f) Evaluasi.
Guru beserta para siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok
terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup
tiap siswa secara individual atau kelompok.
4) Tipe
Think-Pair-Share
Tipe ini
dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawannya dari Universitas Maryland yang
mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan
dalam setting kelompok kelas secara keseluruhan (Kunandar, 2007: 345). Tipe ini
memberikan kepada para siswa waktu untuk berpikir dan merespons serta saling
bantu satu sama lain yang kemudian siswa maju untuk membacakan hasilnya ke
teman-teman. Langkah-
langkah Tipe ini adalahsebagai berikut (Kunandar, 2007: 344) :
a) Berpikir
( thinking)yaitu guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berkaitan dengan pelajaran dan siswa
diberi waktu satu satu menit untuk berpikir sendiri mengenai jawaban atau isu
tersebut.
b) Berpasangan
( pairing) yakni guru meminta kepada siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan
mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat
menghasilkan jawaban bersama jika suatu pertanyaan telah diajukan atau
penyampaian ide bersama jika suatu isu khusus sudah di identifikasi. Biasanya
guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
c) Berbagi
(sharing), yakni guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk bekerja sama
dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan.
Langkah ini akan lebih efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan yang
satu ke pasangan yang lain sehingga separuh dari pasangan-pasangan tersebut
memperoleh kesempatan untuk melapor.
5)
Tipe Numbered
Head Together (NHT)
Tipe ini
dikembangkanoleh Snaper Kagan (1993) dengan melibatkan para siswa dalam
mereview bahan yang mencakup dalam suatu pelajaran dan memeriksa pemahaman
mereka mengenai isi pelajaran tersebut (Kunandar, 2007: 346). Pendekatan
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) ini merupakan suatu metode
belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok
kemudian secara acak guru memanggil nomor siswa. Sebagai pengganti pertanyaan
langsung kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat langkah sebagai
berikut (Kunandar, 2007: 346):
a) Penomoran
(Numbering), yaitu guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan tiga hingga lima orang dan memberi mereka nomor sehingga mereka
tiap siswa dalam kelompok tersebut memiliki nomor berbeda.
b) Pengajuan
pertanyaan (questioning), yaitu guru mengajukan pertanyaan kepada siswa.
pertanyaan dapat bervariasi dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat
umum. Contohpertanyaan yang bersifat spesifik adalah: “Dimana letak kerajaan
Majapahit?,” sedangkan contoh pertanyaan yang bersifat umum adalah: “Mengapa
perjuangan bangsa Indonesia sebelum tahun 1908 mengalami kegagalan?”.
c) Berpikir
bersama (Head Together), yaitu para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan
dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut.
d) Pemberian
jawaban (Answering), yaitu guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap
kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk
seluruh kelas.
6) Tipe Decision
Making
Langkah-langkah
Tipe decision making adalah sebagai berikut (Kunandar, 2007: 347) :
a) Informasikan
tujuan dan perumusan masalah.
b) Secara
klasikal tayangkan gambar, wacana, atau kasus permasalahan yang sesuai dengan
materi pelajaran atau kompetensi yang diharapkan.
c) Buatlah
pertanyaan agar siswa dapat merumuskan permasalahan sesuai dengan gambar,
wacana, atau kasus yang disajikan.
d) Secara
kelompok siswa diminta mengidentifikasi permasalahan dan membuat alternative
pemecahan.
e) Secara
kelompok atau individu siswa diminta mengidentifikasi permasalahan yang
terdapat dilingkungan sekitar siswa yang sesuai dengan materi yang dibahas dan
cara pemecahannya.
f) Secara
kelompok atau individu siswa diminta mengemukakan alasan mereka mengapa memilih
alternative tersebut.
g) Secara
kelompok atau individu siswa diminta mencari penyebab terjadinya masalah tersebut.
h) Secara
kelompok atau individu siswa diminta mengemukakan tindakan untuk mencegah
terjadinya masalah tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar